Menyoroti Permasalahan Jakarta

Udara bersih terbebas dari polusi adalah dambaan setiap orang. Dewasa ini hampir dapat dipastikan udara yang bebas polusi nampaknya menjadi komoditas mahal, terutama dikota Jakarta yang tingkat polusinya sudah mengkhawatirkan. Polusi udara di Ibukota saat ini sudah berada diambang batas kewajaran. Berdasarkan survei yang dilakukan salah satu lembaga independent menunjukkan bahkan dititik tertentu tingkat pencemarannya bahkan sudah sangat membahayakan bagi kesehatan.
Hampir disetiap ruas jalan di Jakarta disesaki oleh berbagai macam kendaraan bermotor. Kendaraan roda dua maupun empat seakan berlomba mengisi ruas jalan yang masih kosong. Saking padatnya volume kendaraan yang melintas, sepeda motor kadang menggunakan trotoar untuk keluar dari himpitan kemacetan. Penyebabnya yakni tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor kian pesat ketimbang pembangunan infrastruktur yang memadai. Akibatnya setiap pagi dan petang para pengendara harus rela antre bermacet ria. Ketimpangan pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan kendaraan sudah barang tentu menjadi kendala bagi pemerintah untuk mengatasinya. Masalah kemacetan maupun pencemaran udara merupakan mata rantai yang tak pernah putus yang selalu dihadapi oleh pemerintah.
Kemacetan yang dirasakan warga ibukota sudah menjadi hal yang lumrah setiap harinya. Pada peak hour, tingkat kepadatan kendaraan bermotor bahkan sudah melebihi kapasitas ruas jalan yang ada. Waktu tempuh menjadi semakin lama. Waktu seakan habis diperjalanan, sehingga efisisensi waktu hanya menjadi angan semata. Pantaslah kalau ada segelintir masyarakat nyeletuk “wah…bisa-bisa gue tua di jalan nih…” demikian yang sering dikeluhkan masyarakat pengguna jalan untuk menggambarkan kesemrawutan lalu lintas di Jakarta.
Hal yang kian memprihatinkan yang sering kita jumpai adalah masalah kesadaran hukum pemakai jalan. Sebagian pemilik kendaraan nampaknya sudah tidak memperdulikan keberadaan rambu lalu lintas sebagai alat pengatur ketertiban. Rambu lalu lintas terkadang hanya dianggap sebagai penghias jalan oleh para pengemudi kendaraan. Pelanggaran paling banyak dilakukan oleh pengemudi angkutan umum. Para sopir angkot dengan seenak udelnya berhenti dipersimpangan jalan mengangkut dan menurunkan penumpang. Tidak jarang pula para sopir angkot dalam menjalankan kendaraannya terlihat ugal-ugalan, sehingga bukan saja membahayakan keselamatan penumpang tapi juga menjengkelkan. Begitu pula dengan pengendara sepeda motor maupun mobil pribadi yang tidak kalah sengitnya melanggar peraturan. Hal ini merupakan sederet permasalahan yang seringkali kita jumpai di Jakarta.
Mengatasi masalah kemacetan
Untuk mengatasi masalah kemacetan yang semakin kompleks dari hari ke hari, Pemda DKI Jakarta memberi solusi instant dengan meluncurkan bus Trans Jakarta. Konon menurut kabar yang beredar, untuk pengadaan armada maupun pembangunan infrastrukturnya telah menelan dana puluhan bahkan ratusan miliaran rupiah. Dana sebesar itu diambil dari pos APBD. Bahkan untuk mencukupi pembengkakan dana yang kian melambung menurut kabar dimedia pula, sebagian masih hutang.
Mungkin, Pemda DKI Jakarta melalui program busway berharap masalah kemacetan sedikit teratasi. Namun pada kenyataannya keberadaan moda transportasi semacam bus Trans Jakarta nampaknya belum menjadi jawaban atas kemacetan yang terjadi. Dengan kata lain busway belum menjadi solusi yang cukup signifikan dalam pembenahan kesemrawutan lalu lintas. Ruas jalan masih tumplek oleh kuda maupun gerobak besi milik warga masyarakat yang melaju dijalan raya.
Kendati terdapat beragam pendapat pro dan kontra seputar keberadaan busway masih berseliweran, namun apresiasi masyarakat cukup baik. Terlihat hampir setiap hari busway selalu dipenuhi oleh penumpang yang hendak hilir mudik untuk suatu keperluan. Keberadaan busway disatu sisi memang patut dihargai untuk membenahi sistem transportasi yang sudah terlanjur carut marut. Harapan masyarakat dimasa mendatang tentunya agar Jakarta dapat menjadi kota metropolitan yang memiliki sarana transportasi yang mumpuni.
3 Comments:
semua jalan terkena macet dan imbas dari itu adalah polusi,kadang klo kita pikir..kita harus hidup minggir kemana lagi ya
makanya saya tuh sulit banget kalo diajak tinggal di jkt. bisa bisa paru2 pecah nih.he..he..aku merindukan suasana pedesaan.hiks..
wah, iya....polusi di kota memang bikin 'sakit'...tapi kok ya saya masih juga ikut berkontribusi ngasih asap lewat knalpot..:(
Post a Comment
<< Kembali ke halaman depan